Orang Islam Diwajibkan Berdakwah

Islam adalah agama dakwah. Artinya, bahwa Islam bisa tersebar ke seluruh penjuru dunia, dipeluk, dipahami dan diamalkan oleh manusia dari berbagai suku dan bangsa adalah oleh karena dakwah, yang dilancarkan tanpa henti di sepanjang kurun sejarah Islam. Salah satu dari inti ajaran Islam memang perintah kepada umatnya untuk berdakwah, yakni mengajak manusia kepada jalan Allah (tauhid) dengan hikmah (hujjah atau argumen). Dan menjadi salah satu ciri seorang mukmin adalah kepeduliannya terhadap dakwah. Bersama mukmin yang lain atau mukminat, ia bahu membahu melaksanakan amar makruf nahi mungkar. Ia yakin tidak ada aktifitas yang lebih mulia dalam hidup ini kecuali
mendedikasikan diri dalam dakwah Islam.
 “Serulah manusia ke jalan Rabb-mu (Allah) dengan jalan hikmah (hujjah) dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik” (an-Nahl 125)
“(dan) orang-orang yang beriman laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lainnya. Mereka menyuruh kepada yang baik dan mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-nya. Mereka akan diberi rahmat oleh Allah dan sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (At-Taubah 71)
“Dan  siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal shaleh dan berkata sesungguhnya aku ini termasuk orang-orangmuslim(Fushilat 33)
Misi Utama Rasulullah
            Misi utama Muhammad sebagai Rasulullah (utusan Allah) adalah berdakwah, mengajak semua manusia kepada jalan yang benar, memberi kabar gembira berupa pahala serta kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat (surga) bagi siapa saja yang bersedia mengikuti jalannya, juga memberi peringatan akan datangnya azab berupa kesengsaraan, kekacauan hidup di dunia dan akhirat  (neraka) bagi yang mengingkarinya.
“Katakanlah, inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku, mengajak kepada jalan Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik” (Yusuf 108)
“Dan tidaklah aku utus engkau kecuali kepada seluruh umat manusia, (dengan) membawa kabar kembira dan peringatan”(Saba 28)
“Dan tidaklah aku utus engkau kecuali sebagai rahmat bagi sekalian alam” (Anbiya 108)
            Fakta sejarah membuktikan, bagaimana Rasulullah berhasil menegakkan sebuah peradaban khas yang penuh rahmat di atas landasan tauhid di kawasan Jazirah Arab yang kemudian menyebar ke seluruh penjuru dunia. Berkenaan dengan daya pengaruh peradaban Islam ini, orientalis terkemuka L. Stoddard, memberikan pujian dalam bukunya The New World of Islam. Katanya, “Bangkitnya Islam barangkali satu peristiwa yang paling menakjubkan dalam sejarah manusia. Dalam tempo kurang dari seabad, dari gurun tandus dan suku bangsa terbelakang, Islam telah tersebar hampir menggenangi separuh dunia. Menghancurkan kerajaan-kerajaan besar, memusnahkan beberapa agama besar yang telah dianut berbilang zaman dan abad”.
Ujud Kasih Sayang
            Dalam pergaulan sehari-hari diperlukan saling mengingatkan. “Manusia adalah tempatnya keliru dan lupa, kata Rasulullah. Maka wajar bila manusia acap bertindak menyimpang dari tuntunan agama, baik karena khilaf ataupun karena dorongan hawa nafsu. Di sinilah peringatan dan nasehat dari sesama muslim sangat diperlukan. Al-Qur’an menyebut aktifitas  taushiah bi al-haq dan taushiah bi al-sabr sebagai ciri orang yang beriman yang beruntung.
“Demi masa, sesungguhnya manusia dalam keadaan merugi. Kecuali orang yang beriman dan beramal shaleh, serta yang saling nasehat menasehati dalam kebenaran dan dalam kesabaran” (al-Ashr 1 – 3)
            Jadi, dakwah sesungguhnya merupakan cermin dari kepedulian seorang muslim terhadap muslim lainnya, bahkan sesama manusia. Dengan rasa kasih sayang, seorang muslim  –sesuai teladan yang diberikan Rasulullah– mengingatkan orang lain agar tidak menempuh jalan hidup yang salah. Yakni mempercayai (mengimani) yang tidak layak dipercayai serta bertindak dan berfikir tidak sesuai tuntunan agama Islam. Inilah hakekat dakwah.
            Dengan dakwah, umat Islam dihindarkan dari sikap individualistis dan tidak peduli akan nasib sesama. Pengalaman menunjukkan, bahwa sikap individualistis telah menimbulkan berbagai problema masyarakat yang tidak terbayangkan sebelumnya, seperti berkembangnya penyakit AIDS. Penyakit yang sangat mematikan itu, sebenarnya tidak perlu muncul bila saja masyarakat peduli terhadap tindak penyimpangan seksual yang dilakukan orang lain. Inilah tabiat masyarakat. Kadang-kadang suatu tindakan yang sekilas bersifat individual, tapi bila dibiarkan dampaknya akan berpengaruh secara komunal, persis yang digambarkan oleh Rasulullah dalam sebuah haditsnya.
“Perumpamaan keadaan suatu kaum/masyarakat yang menjaga batasan hukum-hukum Allah adalah ibarat suatu rombongan yang naik sebuah kapal. Lalu mereka membagi tempat duduknya masing-masing, ada yang di bagian atas dan sebagian lagi  di bagian bawah. Dan bila ada orang di bagian bawah akan mengambil air, maka ia harus melewati orang yang duduk di atasnya. Sehingga orang yang di bawah tadi berkata: “Seandainya aku melubangi tempat duduk milikku sendiri (untuk mendapatkan) air, tentu aku tidak mengganggu orang  yang di atas.” Bila mereka (para penumpang lain) membiarkannya, tentu mereka semua akan binasa.” (HR. Bukhari)
Tujuan Dakwah
            Dakwah adalah  gerakan atau upaya terus menerus untuk merubah manusia — pikiran, perasaan dan tingkah lakunya — dari jahiliah ke Islam, atau dari yang sudah Islam menjadi lebih Islam lagi, hingga terbentuknya tatanan masyarakat yang Islamy. Dari definisi ini, dapat dirumuskan bahwa tujuan dakwah secara umum adalah:
Mentauhidkan Allah
            Inti dakwah Islam adalah seruan kepada manusia untuk mentauhidkan Allah. Maka dakwah Islam biasa juga disebut dakwah ila tauhidillah. Seseorang yang bertauhid artinya beriman (membenarkan secara pasti) terhadap wujud (keberadaan) Allah berikut segala sifat dan asma’-Nya. Nilai tauhid akan membawa seseorang kepada iman terhadap Malaikat, Kitab-kitab, Rusul, Hari Akhir dan Qadha serta Qadar Allah, yang kesemuanya termasuk dalam pengertian aqidah Islam. Dengan kata lain, dakwah bertujuan menanamkan aqidah Islam.
Menjadikan Islam sebagai rahmat
            Iman kepada Allah tidak hanya sekedar percaya akan wujud (adanya) Allah. Tapi harus disertai dengan ketundukan pada segenap hukum atau syariat-Nya. Bila Rasulullah diutus tidak lain untuk membawa rahmat kepada Allah, maka rahmat yang dimaksud akan dirasakan manakala syariat Allah tersebut diterapkan, baik dalam kehidupan pribadi maupun masyarakat. Dakwah bertujuan untuk menjadikan sedemikian agar syariat Allah diterapkan dalam kehidupan masyarakat di bawah naungan daulah khilafah. Darinya rahmat yang dijanjikan Islam akan terujud.
Menjadikan Islam sebagai pedoman hidup manusia
            Islam adalah agama untuk seluruh umat manusia. Dengan misi mengajak manusia seluruhnya mentauhidkan Allah dan menjadikan Islam sebagai rahmat, dakwah terus dikembangkan ke segenap penjuru dunia melalui berbagai cara. Konsekuensinya, pertentangan dengan negara-negara lain, yang membawa paham selain Islam, tak terhindarkan. Tapi semuanya dihadapi dengan semangat dakwah dan jihad, sehinggafutuhat (penaklukkan daerah baru) selalu terus  bisa dicapai. Sementara, tujuan menjadikan Islam sebagai pedoman hidup semua manusia baru bisa diujudkan bila daulah Islam, dimana masyarakat Islam berada, menjadi adikuasa karena di dunia memang harus adikuasa yang “memerintah” dunia. Bedanya dengan adikuasa jahiliah, adikuasa Islam menyebarkan tauhid dan rahmat, sebagaimana telah dibuktikan oleh sejarah Islam, yang berpuncak saat daulah Abbasiyah berkuasa.
Menggapai Ridha Allah
            Inilah tujuan dari segala tujuan. Dakwah adalah bagian dari ibadah.  Sebagai ibadah, dakwah akan memiliki nilai  di sisi Allah bila dijalankan dengan cara yang benar (shawaban) dan dengan hati yang ikhlas (khalisan). Kesuksesan dakwah, yakni dicapainya tujuan yang pertama, kedua dan ketiga di atas bukanlah yang utama. Tidak sedikit para Nabi yang bahkan tak berhasil mengajak anaknya, istri atau keluarganya  bertauhid. Mereka tidak bisa disebut gagal, karena langkah dakwahnya itu Insya Allah, tetap dinilai sebagai amal shaleh di sisi Allah. Oleh karena itu, harus menjadi tujuan dari segala tujuan para aktivis dakwah untuk menggapai ridha Allah dalam dakwahnya itu. Caranya ialah dengan menjalankan dakwah sesuai tuntunan agama dan dengan ikhlas.
            Sedang secara khusus dakwah bertujuan untuk:
Didapatkannya kader
            Dakwah adalah pengkaderan. Suatu proses dimana diturunkan pemahaman Islam dan perjuangannya kepada para kader, sedemikian sehingga mereka mampu melanjutkan estafeta perjuangan. Rasulullah sendiri memulai dakwahnya di Makkah dengan mengkader para shahabat di rumah al-Arqam. Merekalah yang kemudian melanjutkan dakwah Islam. Sampainya Islam kepada kita, di Indonesia sekarang ini, adalah lantaran para kader di setiap kurun dan jaman tak putus-putusnya menggerakkan dakwah.
Terbentuknya jamaah
            Dakwah bisa dilaksanakan secara sendiri (fardiah) maupun secara bersama (jama’iyyah). Tapi dakwah untuk mewujudkan Islam sebagai rahmat dan pandangan hidup semua manusia, mutlak harus dilakukan secara berjamaah. Oleh karenanya, secara khusus dakwah juga bertujuan untuk –dari para kader tadi– mewujudkan jamaah dakwah. Melalui jamaah itu, dakwah dapat dilaksanakan dengan lebih sempurna. Bahkan untuk tegaknya daulah, keberadaan jamaah dakwah mutlak adanya.
Tegaknya daulah
            Bila daulah Islam tidak ada, maka salah satu tujuan dakwah adalah tegaknya kembali daulah itu. Bila daulah telah ada, maka dakwah bertujuan untuk menjaga eksistensi daulah serta menjaganya agar tetap dalam rel Islam. Melalui daulah Islam, hukum Islam dapat diterapkan secara sempurna, sedemikian sehingga kehidupan Islam yang penuh rahmat Islam, sebagaimana dijanjikan Allah, dapat direalisasikan. Dengan kekuatan daulah pula, dakwah dan jihad ke segenap penjuru dunia dapat dilakukan.
Bila Dakwah Ditinggalkan
            Bila dakwah ditinggalkan, semua tujuan-tujuan mulia diatas tidak akan terujud. Akibatnya;
Di tengah manusia berkembang kemusyrikan dan kekafiran, sebagai lawan dari tauhid.
Bila tidak ada tauhid, tak akan ada pula hukum Allah. Manusia akan hidup dengan hukum jahiliah. Bukan rahmat yang didapatkan, melainkan laknat. Berupa kerusakan, maraknya kejahatan dan sebagainya. Semua akan menimpa manusia secara umum. Tidak secara khusus kepada hanya orang yang dzalim saja. Bila ada  tauhid, tapi dakwah tidak gencar dilakukan,akan berkembang kemaksiyatan, yakni pelanggaran terhadap hukum Allah. Salah satunya umat Islam akan dipimpin oleh orang yang buruk.
Dunia akan tetap dikendalikan oleh adikuasa jahiliah. Yang disebarkan olehnya bukan nilai-nilai tauhid dan rahmat tapi  sebaliknya, kejahiliahan dan laknat. Maka dunia selamanya akan penuh dengan gejolak permusuhan, kerusakan moral dan segenap problema.
Bagaimana ridha Allah akan didapat?
Secara khusus, bila dakwah ditinggalkan akan berakibat:
Tidak didapatnya kader. Dakwah miskin penggerak. Maka keberlangsungan dakwah terancam.
Bila kader tidak ada, bagaimana jamaah dakwah akan terbentuk?
Bila tidak ada jamaah dakwah, bagaimana daulah Islam akan tegak?
Bila daulah Islam tidak tegak, bagaimana bisa diharap hukum Islam diterapkan secara sempurna. Dan, kita, bagaimana bisa hidup secara kaaffah sebagai seorang muslim?
Obyek dan Subyek Dakwah
            Salah satu hal terpenting dalam dakwah adalah memahami siapa pelaku (subyek) dan ladang garap (obyek) dakwah. Ini berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai dan cara dakwah yang akan ditempuh. Secara ringkas, pelaku atau subyek dakwah bisa dibagi menjadi tiga, yakni: individu, jamaah dan daulah (negara). Sedang ladang garap (obyek) dakwah ada dua: orang kafir (sebagai individu dan negara) dan muslim.
            Dakwah kepada individu kafir bertujuan untuk merubah aqidahnya menjadi aqidah Islam. Dakwah seperti ini bisa dilakukan oleh individu muslim dengan mengajak secara langsung individu kafir, melalui berbagai cara, untuk masuk Islam. Dakwah semacam ini akan lebih efektif bila dilakukan oleh sebuah jamaah. Dengan jumlah orang dan sumber daya (dana, pikiran dan tenaga) yang lebih besar, kemampuan untuk melakukan dakwah kepada orang-orang kafir tentu lebih besar pula. Hasilnya juga tentu akan lebih baik ketimbang dakwah yang dilakukan sendiri. Tapi yang paling efektif adalah dilakukan oleh negara. Melalui penerapan hukum Islam di tengah masyarakat, orang kafir yang hidup dalam masyarakat Islam sebagai ahludz dzimmah  (orang kafir yang dibiarkan dalam kekafirannya tapi hidup dalam daulah Islam sebagaimana warga negara muslim yang lain) akan melihat secara langsung kehidupan Islam dan merasakan sendiri kerahmatannya. Kemudian, penjelasan terus menerus yang dilakukan oleh negara melalui media massa tentang ajaran Islam dan kesalahan aqidah kufur, ditambah dengan pendekatan yang dilakukan oleh orang-orang Islam secara individual dan kegiatan jamaah dakwah yang ada, membuat ahludz dzimmah akan menilai aqidah yang dipeluknya untuk kemudian terdorong menggantinya dengan aqidah Islam. Andai ia tidak juga mau berubah, tetap saja tidak boleh dipaksa untuk memeluk Islam.
            Dakwah kepada kaum kufar sebagai negara tentu saja hanya bisa dilakukan oleh negara. Daulah Islam melalui para dutanya, akan mengajak para pemimpin dari berbagai negara kufur untuk masuk Islam. Juga kepada para penduduk negeri itu, melalui para da’i yang resmi sebagai utusan negara ataupun bukan, diserukan untuk memeluk Islam. Dijelaskan kepada mereka dengan hujjah (argumen) yang nyata, dalil yang kuat dan bukti yang tak terbantah tentang kebenaran Islam, sehingga menggugah akal mereka, menyentuh perasaan dan menggetarkan jiwa mereka. Bila mereka menolak untuk masuk Islam, mereka diminta tunduk kepada daulah Islam sebagai ahludz dzimmah dengan kewajiban membayar jizyah. Mereka diperlakukan sama dengan orang Islam. Bila ajakan untuk membayar jizyah dan tunduk kepada daulah juga ditolak, barulah mereka diperangi.
“Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Islam), dari orang yang diberi al-Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk” (al-Taubah 29)
            Sedang dakwah kepada orang Islam bertujuan untuk meningkatkan iman dan taqwanya, mempertinggi kualitas kepribadian (syakhsiyyah) Islamnya serta memperkuat ketundukannya pada aturan Islam. Dakwah ini dapat dilakukan oleh individu muslim melalui dakwah fardiyah, baik dengan pendekatan personal maupun kelompok dalam berbagai forum. Tapi, sama seperti dakwah kepada orang kafir, akan lebih efektif bila dilakukan secara berjamaah. Dan yang paling efektif tentu saja dilakukan oleh negara.
            Dakwah oleh negara kepada setiap muslim dilaksanakan dengan cara menerapkan hukum Islam secara  murni dan konsekuen, disertai penjelasan tentang berbagai aspek ajaran Islam secara terus menerus melalui berbagai media massa dan contoh para pemimpin Islam. Maka, setiap muslim akan melihat secara langsung kehidupan Islam dan merasakan sendiri kerahmatannya. Kebaikan, kemuliaan dan kerahmatan ajaran Islam akan terujud secara nyata. Sementara terlihat pula para pemimpin Islam adalah figur-figur yang pantas diteladani, karena mereka juga konsekuen dengan keIslaman mereka. Ini juga merupakan dakwah buat siapa saja di seluruh penjuru dunia, yang mendengar dan melihat kehidupan Islam melalui media massa. Secara demikian umat Islam akan semakin mantap memeluk Islam dan bergairah hidup secara Islamy. Dan orang-orang yang hidup di luar daulah Islam tergerak hatinya untuk hidup dalam kehidupan Islam itu.
Janji Allah
Bagi Para Pengemban Dakwah
            Dakwah wajib bagi setiap muslim, baik dilaksanakan secara individual, secara berjamaah maupun melalui negara. Dakwah merupakan urat nadi penentu tegak tidaknya Islam. Begitu pentingnya dakwah, maka Allah berjanji bagi para pengemban dakwah, dengan janji yang benar dan pasti akan terujud, akan mengaruniakan kemuliaan, pahala yang tiada terputus, pertolongan, kemenangan dan sorga.
Predikat sebaik-baik ummat (khairu ummah)
“Kamu sekalian adalah sebaik-baik ummat (khairu ummah) yang diturunkan kepada manusia, menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah”(Ali Imran 110)
Menjadi kelompok yang beruntung
“Hendaklah ada sekelompok diantara kamu yang mengajak kepada Islam (al-khair), menyeru kepada yang ma’ruf dan menjegah dari yang mungkar. Itulah orang-orang yang beruntung”(Ali Imran 104)
Pahala yang terus mengalir
“Jika manusia mati, putuslah amalnya kecuali tiga macam: sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shaleh yang mendoakan kedua orang tuanya”(HR. Muslim)
“Man sanna fi al-Islami sunnatan hasanatan falahu ajruha wa ajru man ‘amila biha ba’dahu min ghayri an yanqusha min ujurihim syai’un, wa man sanna fi al-Islami sunnatan syayyi’atan kana ‘layhi wizruha wa wizru man ‘amila biha min ba’dihi min ghayri an yanqusha min awzarihim syai’un “- Barang siapa membuat (menganjurkan dan mengamalkan) kebaikan dalam Islam maka ia akan mendapat pahala serta tambahan pahala dari orang yang mengikuti (ajarannya itu) tanpa sedikitpun mengurangi ganjaran orang itu. Dan barang siapa membuat (menganjurkan dan mengamalkan) keburukan, maka ia akan mendapat dosa serta tambahan dosa dari orang yang mengikuti (ajaran itu) tanpa sedikitpun mengurangi dosa orang itu.”(HR. Muslim)
Bila dakwah dilancarkan melalui jihad, Allah berjanji akan mengampuni semua dosa, memberikan surga,  pertolongan dan kemenangan yang dekat, sebagaimana tersebut dalam surah Ash Shaff 10 – 13
“Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih?(yaitu) kamu beriman kepada Alah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahuinya.”
“Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam surga ‘Adn. Itulah keberuntungan yang besar. Dan  (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat. Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman”
Khatimah
            Melihat janji-janji Allah yang demikian gamblang, tidak tergerakkah kita untuk segera terlibat dalam dakwah? Sikap mukmin sejati, mendengar panggilan Allah untuk membela agamanya, semestinya seperti orang-orang Hawariyyun yang siap menjadi penolong agama Allah (ansharullah) ketika nabi Isa memanggilnya.
“Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong-penolong (agama) Allah sebagaimana Isa putra Maryam telah berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia: “Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku (untuk menegakkan agama) Allah?”, Pengikut-pengikut yang setia itu berkata: “Kamilah penolong-penolong agama Allah”, lalu segolongan dari Bani Israil  beriman dan segolongan (yang lain) kafir. Maka Kami berikan kekuatan kepada orang yang  beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang” (Ash Shaff 14)
            Siapkah kita menjadi Ansharullah? Bila kita tidak mau menolong agamanya, bagaimana kita bisa berharap mendapatkan pertolongan Allah? Wallahu’alam bi al-shawab

Komentar

Postingan Populer