Kisah anak desa dengan segudang mimpi



Kisah anak desa dengan segudang mimpi
Berawal dari sebuah desa di salah satu daerah kepulauan Indonesia. Lahirlah seorang sosok anak laki-laki yang tumbuh dan berkembang seperti anak manusia pada umumnya. Sebut saja alfar, di petik dari nama lengkapnya Alfariz MS. Nama yang diberikan oleh kedua orang tuanya.
Alfar dikalah itu masih berusia 12 tahun dan menempu pendidikan di sekolah menengah pertama, SMP NEG. 5 budong-budong adalah tempatnya menuntut ilmu di daerah sulawesi barat.
Seorang alfar adalah anak yang sangat aktif dan penuh ambisi. Di kehidupannya dia sangat gemar sekali berbamain, belajar dan tidak ketinggalan dia pun giat bekerja.
Pemikirannya sangatlah unit, diusianya yang tergolong masih anak-anak sudah sangat aktif memikirkan hal-hal yang tidak biasanya, seperti harga bahan pokok yang terus naik, harga jual hasil pertanian yang tidak stabil, bahkan sampai dia berkeinginan ingin menjadi sosok yang bisa mengatur di negeri yang kaya ini.
Semua hal yang mengganggu pemikiriannya di utarakan kepada orang terdekatnya. Sampai mendapatkan tanggapan yang tergolong lucu di benaknya.
Alfar… Alfar… kamu itu kayak orang dewasa saja memikirkan hal serumit itu!!! Kata seorang ibu yang sangat menyayanginya.
Kedua orang tuanya sangatlah baik padanya. Ayahnya yang bernama
Muh. Syad adalah sosok yang selalu memberikannya inspirasi yang penuh dengan ambisi. Dan ibunya yang bernama Salasiah adalah sosok yang selalu memberikannya kekuatan dari kasih sayang yang tulus kepadanya.
Alfar bukanlah anak tunggal di keluarganya. Dia anak ke-2 dari 4  bersaudara. Kakanya bernama Muh. Abdullah Rahman MS. Adik laki-lakinya bernama zulkifli MS dan yang terakhir adalah adik perempuannya Adiva Putri MS. Yang semuanya memiliki inisial MS di akhir namanya.
Banyak dari kerabat dan teman sejawanya yang selalu menanyakan apa arti inisial MS yang di sandangnya. Namun, tidak satu pun dari saudaranya kecuali alfar yang mengetahuinya. Namun bukan alfar yang kreatif namanya kalau tidak bisa menjawab pertanyaan seperti itu untuk menutupi makna sebenarnya.
MS adalah singkatan dari kedua nama orang tua saya !!! kata alfar. Meskipun hal tersebut belum betul adanya.
Di masa SMP Alfar tergolong anak sangat aktif dan penuh canda. Segala kegiatan extrakulikuler di ikutinya, terlebih lagi kegiatan pramuka yang sangat digemarinya.
Di usianya yang masih anak-anak sudah berani membuat mimpi yang terbilang tinggi. Alfar sangat ingin menginjakkan kakinya di pulau jawa, terlebih khusus di kota impiannya Bandung jawa barat.
Bandung merupakan kota tujuan alfar di waktu itu, karena memiliki beragam keistimewaan. Mulai dari kulinernya yang berfariasi jenisnya sampai pada wilayahnya yang indah, sejuk dan banyaknya permainan-permainan modern kalangan remajanya. Semua informasi tersebut di dapatnya dari program – program yang ada di televisi. Hal tersebut di antaranya yang membuat ambisnya untuk ke bandung sangat kuat.
Alfar…alfar… bermimpi itu jangan tinggi-tinggi, tidak hanya karena rawan jatuh, tapi kalau jatuh rasanya sangat sakit!!! kata teman sebayanya di masa SMP.
Banyak dari teman sebayanya di masa SMP mengolok mimpinya, karena terbilang sangat mustahil. Selain tempatnya yang terbilang jauh, mimpi itu juga membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Orang dewasa pun di daerah tersebut tidak berani mengatakan hal itu, mungkin karena kebanyakan bila sudah dewasa pemikirannya selalu yang realistis dengan kehidupan atau masuk akal. Karena ketika itu Alfar masih tergolong anak-anak.
Alfar sangatlah rajin menimbah ilmu, terlebih lagi ilmu agama yang di anutnya. Selain karena ibunda alfar adalah seorang guru agama di sekolah dasar, di desa tanah kelahirannya pun memiliki peraturan yang mewajibkan semua anak untuk belajar agama.
Hampir setiap sore alfar bersama kakanya dengan sepeda ontel milik ayahnya pergi ke masjid, untuk menimbah ilmu agama yang disampaikan oleh imam masjid di desa.
Hingga tiba di suatu malam setelah usai shalat magrib, seperti biasanya imam masjid menyampaikan ceramahnya atau siraman rohani untuk para murid, termasuk alfar dan saudaranya.
Dalam ceramahnya, imam menyampaikan bahwa “tuhan yang menciptakan manusia yaitu allah selalu bersama orang-orang yang dekat kepadanya, yaitu mereka yang melakukan segala perintahnya dan menjahui segala larangannya. Maka ketika ada yang di minta oleh hamba tersebut meskipun mustahil menurat akal manusia pasti akan di kabulkan”.
Alfar bukanlah anak yang cerdas, namun dia sangatlah teliti. Dengan ceramah yang di sampaikan oleh imam masjid tersebut. Alfar mulai merasa penasaran dan gelisa. Alfar ingin sekali menguji apa yang dikatakan oleh imam masjid sekaligus gurunya tersebut. Namun alfar masih merasa gelisa akan keraguannya.
Alfar pun berfikir, bagaimana dia bisa tahu kebenaran  dari perkataan gurunya bila dia tidak membuktikannya sendiri.
Maka seiring dengan berjalannya waktu, alfar pun mulai melakukan hal yang tidak biasanya. Terkadang ketika dia selesai melakukan shalat berjamaah di masjid dia langsung mengambil aba-aba bersama saudara dan teman-temannya untuk keluar dan bermain di depan masjid. Namun tidak di kalah itu, saudara dan teman-temannya berlari keluar masjid namun alfar duduk pada posisinya sambil menutup mata dan melakukan percakapan hangat dalam hatinya bersama yang menciptakannya. Meski tidak ada satu pertanyaan pun yang di jawab secara langsung oleh tuhannya ketika itu, dia tetap saja terus berucap.
”…ya allah,,, aku belum pernah berbicara sebelumnya denganmu,,, namun aku selalu yakin engkau selalu bersama ku. Dan di saat ini pula aku ingin membuktikan dan menguji kembali ke beradaanmu… tolong ya allah jika engkau benar-benar ada maka wujudkanlah mimpi yang mustahil menurut orang-orang yang ada sekitarku…agar menjadi ada. Bila engkau bisa melakukannya maka aku akan sangat mempercayai kalau engkau memang benar-benar ada…”. Doa yang di utarakan oleh alfar dalam hatinya. Mungkin terlihat seperti menantang, namun itulah adanya apa yang fikirkan oleh seorang Alfar yang masih anak-anak.
Hari demi hari alfar lewati kehidupan dan waktu seperti biasanya. Aktifitas rutin seperti bersekolah di pagi hari, ke kebun di siang hari, kemasjid ketikan sore menjalang malam semua dia lalui seperti biasanya, namun ada yang sedikit perbedaan ketika itu yaitu  adanya tambahan aktifitas yang dilakukannya setelah selesai shalat wajib, Berdoa dan ngobrol dengan Allah.
Sudah hampir 1 semester atau 6 bulan hal itu dilakukannya, sehingga menjadi kebiasaan yang tidak bisa di tinggalkannya.
Tidak pernah terbesik dalam pikiran anak itu untuk menyerah atau pun menyesal karena dia merasa usahanya belum cukup dan berfikir kalau pun dia gagal setidaknya dia  telah mencoba Karena menurutnya untuk merai mimpi yang besar harus dengan usaha yang besar pula.
Hingga tiba waktu dimana doa itu pun di kabulkan....

Bersambung....

Komentar

Postingan Populer